PROPOSAL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE



PROPOSAL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Setiap manusia ingin hidup sehat dan sejahtera, manusia akan memiliki produktifitas yang tinggi untuk mencapai tujuan hidupnya. Untuk mendapatkan kehidupan yang demikian manusia membutuhkan makanan yang bergizi baik.
Makanan bergizi dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya adalah ikan lele. Permintaan konsumen terhadap ikan lele semakin meningkat di berbagai daerah. Budidaya ikan konsumsi ini sangat potensial dan prospek pengembangannya sangat bermanfaat untuk meningkatkan protein yang dibutuhkan masyarakat.
Dalam usaha budidaya ikan lele, perlu dilakukan secara intensif dan profesional baik mulai dari pemilihan bibit, pembesaran dan sampai ikan siap dipasarkan. Dimana ketiga hal ini merupakan mata rantai yang saling berhubungan, namun bisa berdiri sendiri apabila diusahakan.
Kami sebagai pembudidaya sangat berharap adanya bantuan dana penguatan modal dalam usaha ini. Desa, masyarakat dan pihak-pihak yang berkompeten diharapkan memberi bantuan kepada kami sehingga dapat mengembangkan segala aspek menyangkut tujuan dari pembudidayaan ikan lele tersebut.

1.2 Tujuan
Secara sederhana maksud dan tujuan dari pengajuan proposal ini adalah untuk menjadi bahan pertimbangan dalam pengajuan dana pengembangan usaha. Sangat disayangkan jika peluang usaha yang ada tidak dioptimalkan karena kurangnya modal.
Keinginan kami untuk mengembangankan usaha budidaya lele sangatlah besar. Kami  berusaha menjadi pengusaha yang tumbuh sehat, tangguh dan mandiri jika permodalan ini ada atau diberikan. Yang tentunya akan berdampak pada lingkungan masyarakat sekitarnya antara lain yaitu:
1.      Sebagai bahan makanan.
2.      Ikan lele juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias.
3.      Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4.      Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing darah dan lain-lain.
1.3 Prospek
Budidaya ikan lele mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Di Kabupaten Badung-Bali misalnya, produksinya telah mencapai 22,1 ton pertahun, tetapi sebagian permintaannya masih belum bisa terpenuhi. Jabotabek meminta tak kurang 100 ton lele perhari. Sementara Yogyakarta menghasilkan 7,902 ton, sedangkan yang dibutuhkan  perhari adalah antara 12-16 ton.




BAB II
ACUAN TEKNIS USAHA
2.1  Persyaratan Lokasi
1.      Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan blumbang.
2.      Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3.       Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4.      Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5.      Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6.      Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280 C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C  dan untuk pemijahan 24-280 C.
7.      Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8.      Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
9.      Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10.  Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daundaunan hidup, seperti enceng gondok.
11.  Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12.  Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
a.       Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b.      Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
c.       Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
d.      Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah dipasang.
e.       Kedalaman air 30-60 cm.

2.2  Pemeliharaan Pembesaran
1.      Pemupukan
a.       Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele.
b.      Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c.       Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.
d.      Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
2.      Pemberian Pakan
a.       Makanan Alami Ikan Lele
·         Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air.
·         Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
·         Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
·         Ikan lele juga menyukai kotoran yang berasal dari kakus.
b.      Makanan Tambahan
·         Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai.
·         Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1).

c.       Makanan Buatan (Pellet)
1.      Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00; tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00; tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;
2.      Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan kepada lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
3.      Cara pemberian pakan:
·         Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
·         Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang berbentuk pellet.
·         Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi dapat mengurangi nafsu makan lele.

3.      Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
a.       Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6 bulan.
b.      Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
c.       Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm selama 30 menit.


4.      Pemeliharaan Kolam/Tambak
a.       Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
b.      Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang telah diendapkan 2 malam.
c.       Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.

2.3  Panen
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1.      Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200 gram/ekor.
2.      Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3.      Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan.
4.      Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5.      Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6.      Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
7.      Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2 hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8.      Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
2.4  Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1.      Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
2.      Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3.      Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di kolam.

BAB III
RANCANGAN USAHA
3.1  Lokasi usaha
Lokasi usaha bertempat di RT 05 RW 15 Dusun Ngangkruk, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Kode pos 55581.
3.2  Sarana dan Prasarana
·         Bak kayu lapis plastik 3 buah            
·         Jaring 1 buah                                                                          
·         Bak 5 buah                                                                             
·         Gayung 5 buah                                                                       
·         Selang                                                                                    
·         Drum plastic 5 buah
·         Bibit
·         Pakan
3.3  Manajemen
1.      SDM ( Tenaga Kerja )
Tenaga kerja terdiri dari saya selaku pemilik lokasi dan dua orang penduduk sekitar sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
2.      Manajemen
a.       Permodalan
Modal terdiri dari modal sendiri dan sebagian dari pinjaman yang akan dikembalikan dengan cara kredit.
b.      Pemasaran
Pemilihan pasar dilakukan terlebih dahulu survei pasar guna melihat potensi pasar dan keinginan konsumen serta pengambilan dan pengumpulan data terus menerus yang bersifat ringan hingga berat. Disamping itu untuk melihat perasingan usaha sejenis sehingga dapat menentukan kebijakan harga jual dengan perhitungan biaya.
c.       Upah karyawan
Upah karyawan akan disesuaikan dengan tingkat kesulitan pekerjaannya.

BAB IV
ANGGARAN BIAYA
4.1  Biaya Produksi
a.       Lahan
·         Bak kayu lapis plastik 3 buah @ Rp 500.000,00                            = Rp 1.500.000,00
b.      Bibit
·         Bibit sebanyak 9000 ekor x Rp 80,00                                           = Rp    720.000,00
c.       Pakan
·         Pakan 1000 kg x Rp 3700,00                                                       = Rp 3.700.000,00
d.      Peralatan
·         Jaring 1 buah                                                                                = Rp      50.000,00
·         Bak 5 buah @ Rp 5.000,00                                                         = Rp      25.000,00
·         Gayung 5 buah @ Rp 2.500,00                                                    = Rp      12.500,00
·         Selang                                                                                          = Rp      90.000,00
·         Drum plastic 5 buah @ 100.000                                                   = Rp    500.000,00
·         Perawatan alat                                                                              = Rp    120.000,00
e.       Tenaga kerja @ Rp 500.000,00                                                          =Rp  1.000.000,00
f.       Lain-lain                                                                                              = Rp    500.000,00
Total biaya                                                                                                = Rp 8.217.500,00
4.2  Pendapatan
Produksi lele konsumsi = 1000 kg x Rp 10.500                                       =Rp10.500.000,00
4.3  Keuntungan = Pendapatan - Total biaya                                                  = Rp 2.282.500,00
READ MORE » PROPOSAL USAHA BUDIDAYA IKAN LELE

Budidaya kopi


Budidaya Tanaman KOPI


Secara  ekonomis  pertumbuhan  dan  produksi  tanaman  kopi  sangat  tergantung  pada  atau 
dipengaruhi oleh keadaan iklim dan tanah. Kebutuhan pokok lainnya yang tak dapat diabaikan 
adalah  mencari  bibit  unggul  yang  produksinya  tinggi  dan  tahan  terhadap  hama  dan  penyakit. 
Setelah persyaratan tersebut dapat dipenuhi, suatu hal yang juga penting adalah pemeliharaan, 
seperti: pemupukan, pemangkasan, pohon peneduh, dan pemberantasan hama dan penyakit.  
Iklim yang Cocok untuk Tanaman Kopi 
Persyaratan iklim kopi Arabika : 
                          oo• Garis lintang 6‐9  LU sampai 24  LS. 
    • Tinggi tempat 1250 s/d 1.850 m dpl. 
    • Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th. 
    • Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1‐3 bulan. 
                                     o• Suhu udara rata‐rata 17‐21  C. 
Persyaratan iklim Kopi Robusta : 
                         oo• Garis lintang 20  LS sampai 20  LU. 
    • Tinggi tempat 300 s/d 1.500 m dpl. 
    • Curah hujan 1.500 s/d 2.500 mm/th. 
    • Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1‐3 bulan. 
                                     o• Suhu udara rata‐rata 21‐24  C. 
Pengaruh angin : 
Pohon  tanaman  kopi  tidak  tahan  terhadap  goncangan  angin  kencang,  lebih‐lebih  dimusim 
kemarau.  Karena  angin  itu  mempertinggi  penguapan  air  pada  permukaan  tanah  perkebunan. 
Selain  mempertinggi  penguapan,  angin  dapat  juga  mematahkan  dan  merebahkan  pohon 
pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan tanaman di bawahnya. 

 Tanah 
Sehubungan dengan tanah ini yang penting untuk dipelajari terutama sifat fisik tanah dan sifat 
kimia tanah. 

a. Sifat fisik tanah untuk pertanaman kopi  
Sifat fisik tanah meliputi: tekstur, struktur, air dan udara di dalam tanah. Tanah untuk tanaman 
kopi  berbeda‐beda,  menurut  keadaan  dari  mana  asal  tanaman  itu.  Pada  umumnya  tanaman 
kopi  menghendaki  tanah  yang  lapisan  atasnya  dalam,  gembur,  subur,  banyak  mengandung 
humus,  dan  permeable,  atau  dengan  kata  lain  tekstur  tanah  harus  baik.  Tanah  yang 
tekstur/strukturnya  baik  adalah  tanah  yang  berasal  dari  abu  gubung  berapi  atau  yang  cukup 
mengandung  pasir.  Tanah  yang  demikian  pergiliran  udara  dan  air  di  dalam  tanah  berjalan 
dengan  baik.  Tanah  tidak  menghendaki  air  tanah  yang  dangkal,  karena  dapat  membusukkan 
perakaran,  sekurang‐kurangnya  kedalaman  air  tanah  3  meter  dari  permukaannya.  Akar 
tanaman  kopi  membutuhkanoksigen  yang  tinggi,  yang  berarti  tanah  yang  drainasenya  kurang 
baik  dan  tanah  liat  berat  adalah  tidak  cocok.  Sebab  kecuali  tanah  itu  sulit  ditembus  akar, 
peredaran air dan udara pun menjadi jelek. 
Demikian pula tanah pasir berat, pada umumnya kapasitas kelembaban kurang, karena kurang 
dapat mengikat air. Selain itu tanah pasir berat juga mengandung N atau zat lemas. Zat lemas 
sangat  dibutuhkan  oleh  tanaman  kopi,  terutama  dalam  pertumbuhan  vegetatif.  Hal  ini  dapat 
dibuktikan  pada  pertumbuhan  tanaman  di  tanah‐tanah  hutan  belantara  hasilnya  sangat 


memuaskan,  karena  humus  banyak  mengandung  berbagai  macam  zat  yang  dibutuhkan  untuk 
petumbuhan dan pembuahan. 
Sebaliknya  pada  tanah‐tanah  yang  ditanami  kembali  (tanaman  ulang  =  replanting) 
pertumbuhan dan hasilnya kurang memuaskan. Maka apabila dipandang perlu tanaman ulang 
ini  hendaknya  diganti  dengan  tanaman  yang  tidak  sejenis,  karena  tanaman  yang  berlainan 
kebutuhan zat makanan juga berbeda. 

b. Sifat Kimia Tanah 
Sifat  kimia  tanah  yang  dimaksud  di  sini  ialah  meliputi  kesuburan  tanah  dan  PH.  Di  atas  telah 
dikemukakan,  bahwa  tanaman  menghendaki  tanah  yang  dalam,  gembur  dan  banyak 
mengandung humus. 
Hal ini tidak dapat dipisahkan dengan sifat kimia tanah, sebab satu sama lain saling berkaitan. 
Tanah yang subur berarti banyak mengandung zat‐zat makanan yang dibutuhkan oleh tanaman 
untuk pertumbuhan dan produksi. 
Tanaman kopi menghendaki reksi yang agak asam dengan PH 5,5 ‐ 6,5. Tetapi hasil yang baik 
sering  kali  diperoleh  pada  tanaman  yang  lebih  asam,  dengan  catatan  keadaan  fisisnya  baik, 
dengan  daun‐daun  cukup  ion  Ca++  untuk  fisiologi  zat  makanan  dengan  jumlah  makanan 
tanaman  yang  cukup.  Pada  tanah  yang  bereaksi  lebih  asam,  dapat  dinetralisasi  dengan  kapur 
tohor, atau yang lebih tepat diberikan dalam bentuk pupuk; misalnya serbuk tulang/Ca‐(PO2) + 
Calsium metaphospat/Ca(PO2). 

Bercocok Tanam Tanaman Kopi 
Dalam  rangka  bercocok  tanam  kopi,  selain  memperhatikan  keadaan  iklim,  jenis  dan  varietas 
yang  akan  ditanam,  juga  harus  diperhatikan  pekerjaan‐pekerjaan  yang  akan  dilaksanakan, 
seperti : 

Pembibitan dan Persemaian Tanaman Kopi 
Bibit yang akan ditanam dapat berasal dari :  
‐ biji (zaaling), pembiakan secara genertaif. 
‐ Sambungan atau stek, pembiakan secara vegetatif. 

Pembiakan Bibit Tanaman Kopi dari Biji 
Cara memperoleh biji kopi : 
     1. Dari kebun sendiri, biji diambil dari pohon yang telah diketahui mutunya. Pohon induk 
         yang produksinya cukup tinggi, tahan terhadap nematoda, bubuk buah maupun bubuk 
         batang, atau dengan kata lain yang tahan terhadap hama dan penyakit. 
     2. Balai  penelitian  perkebunan,  bersumber  dari  kebun  percobaan  yang  menghasilkan  biji 
         telah teruji keunggulannya. 

Cara memilih dan memelihara biji kopi: 
Buah  yang  dipungut  adalah  yang  masak,  kemudian  dipilih  yang  baik,  tidak  cacat  dan  yang 
besarnya  normal.  Jika  biji  ini  tidak  memenuhi  syarat  harus  disingkirkan.  Semua  buah/biji  kopi 
yang memenuhi syarat kemudian dikerjakan sebagai berikut: 
     • Biji dikelupas kulitnya, dinjak‐injak dengan kain, tetapi kulit tanduk tidak sampai lepas. 
     • Lendir  yang  melekat  dibersihkan,  dengan  jalan  dicuci  atau  digosok  permukaannya 
         dengan abu dapur. 
     • Setelah  bersih  biji  dikering  anginkan  satu  atau  dua  hari,  tidak  langsung  terkena  sinar 
         matahari, melainkan kering angin. 


         Biji‐biji yang sudah kering, selanjutnya diadakan pemilihan yang kedua kalinya. Jika biji 
         kopi itu hampa dan bentuknya jelek, harus disortasi, tidak perlu disemai. 
 Cara menyimpan biji kopi: 
Biji‐biji kopi yang telah dipilih dalam keadaan kering dapat terus disemaikan. Untuk menungggu 
musim  persemaian  yang  tepat,  biji  dapat  disimpan  untuk  sementara  waktu.  Dan  untuk 
menghindari terjadinya serangan hama bubuk atau untuk memetikan bubuk yang mungkin ada, 
maka biji‐biji kopi tersebut bisa dimasukkan dalam peti dengan jalan: 
    • Pada dasar peti diberi lapisan kain yang diberi minyak terpentin dengan dosis 1 cc / 100 
         cm2. Dan di atas kain pada lapisan biji setebal 5 cm, diberi kain lagi yang diberi minyak 
         terpentin pula, demikian seterusnya sehingga peti itu penuh. 
    • Bila peti itu sudah penuh, kemudian ditutup rapat‐rapat dan dibiarkan selama 3 hari 3 
         malam agar semua hama mati karenanya. 
    • Kalau  penyimpanan  itu  berlangsung  agak  lama,  maka  biji  tersebut  perlu  dicampur 
         dengan bubuk arang yang dibasahi dengan air, dengan perbandingan 1 kg bubuk arang : 
         150 cc air. 
    • Perbandingan antara biji dan bubuk arang yakni 3:1. Atau 3 kg biji dicampur 1 kg bubuk 
         arang yang telah dibasahi tadi. 

Lamanya penyimpanan biji kopi: 
Penyimpanan  biji  tidak  boleh  terlalu  lama,  sebab  jika  terlalu  lama  daya  tumbuhnya  akan 
menurun atau akan habis sama sekali. 
Biji‐biji  kopi  yang  baru  akan  tumbuh  90  ‐  100%,  sedang  yang  disimpan  sekitar  6  bulan  daya 
tumbuhnya 60 ‐ 70%. Sebaiknya penyimpanannya jangan sampai lebih dari 3 bulan, dan yang 
paling  baik  ialah  bila  penyimpanan  itu  dilakukan  sekitar  dua  bulan.  Penyimpanan  dimasukkan 
kedalam ruangan yang gelap dan sejuk. 

Penaburan biji kopi: 
Bibit kopi dapat ditanam setelah umur 8‐9 bulan. Maka penaburan biji kopi dipersemaian harus 
memperhatikan rencana penanaman. 
    • Kalau  bibit  kopi  ditanam  sebagai  zaailing,  maka  baiklah  bila  biji  itu  ditaburkan  pada 
         bulan Januari ‐ Februari. Dengan demikian kelak musim tanam tiba bibit sudah berumur 
         10‐11 bulan. 
    • Kalau  bibit  akan  ditanam  sebagai  sambungan,  baiklah  kalau  biji  itu  ditaburkan  pada 
         bulan  Agustus.  Selanjutnya  bibit  dapat  disambung  pada  umur  satu  tahun.  Dan  pada 
         waktu  itu  masih  banyak  biji  yang  segar.  Bila  kelak  bibit  akan  ditanam  pada  bulan 
         November/Desember bibit sambungan tersebut sudah berumur 4 bulan. 
    • Banyaknya biji yang akan ditaburkan tentu saja harus disesuaikan dengan luas rencana 
         penanaman.  Biji  yang  ditaburkan  perlu  diperhitungkan  2  kali  lipat  dari  bibit  yang  akan 
         ditanam, hal ini bila ditanam sebagai zaailing. Tetapi bila bibit itu akan disambung, maka 
         jumlah biji yang akan ditaburkan adalah dua setengah kali dari rencana penanaman. Hal 
         ini mengingat bahwa daya tumbuh sambungan belum tentu bisa mencapai 100%. 

Persemaian biji kopi : 
Persyaratan tempat persemaian biji kopi, sebagai berikut: 
    1. Tanah sedapat mungkin dipilih yang agak datar, subur, dan banyak mengandung bunga 
         tanah. 


    2. Dekat  perumahan  dan  sumber  air,  agar  memudahkan  pengamatan  dan  pemeliharaan 
         pada musim kemarau, terutama dalam melakukan penyiraman. 
    3. Ada pohon pelindung, agar dapat menahan terik matahari dan percikan air hujan yang 
         lebat, sehingga tidak merusakkan bibit. 
    4. Terhindar dari bibit penyakit dan hama, tempat‐tempat yang akan dipergunakan sebagai 
         persemaian  sebaiknya  diselidiki  terlebih  dahulu  terhadap  kemungkinan  adanya  infeksi 
         penyakit  dan  hama.  Sehingga  apabila  ada  bibit  penyakit  atau  hama  harus  diadakan 
         pencegahan dan pemberantasan. 

    5. Semprotkan  larutan  MiG‐6PLUS  (  10ml  MiG‐6PLUS  :  1  liter  air)  tipis  pada  permukaan 
         lahan persemaian. Untuk lahan persemaian dengan luas 10m2
Tingkat penyemaian biji kopi ada dua tingkat, yaitu: tingkat perkecambahan, dan dederan bibit 
(pemindahan dari perkecambahan). 

a. Tingkat perkecambahan biji kopi 
Sebelum  ditanam  di  persemaian,  semua  biji  dikecambahkan  lebih  dahulu.  Pada  tempat 
perkecambahan dibentuk bedengan‐bendengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang 2,4 m. 
Selanjutnya  pada  bedengan  itu  dilapisi  pasir  setebal  5  ‐  10  cm,  dan  di  atas  bedengan  diberi 
atap. 
Semua  biji  dibenamkan  pada  lapisan  pasir  menghadap  ke  bawah,  artinya  bagian  punggung  di 
atas,  dan  bagian  perut  menghadap  ke  bawah.  Pembenaman  dilakukan  sedemikian  rupa 
sehingga  bagian  teratas  kelihatan  rata  dengan  lapisan  pasir.  Biji  dibenamkan  secara  berderet 
dalam  satu  baris,  jarak  antara  baris  larikan  yang  satu  dengan  lainnya  5  cm.  Sedangkan  jarak 
antara biji dengan biji 2,5 cm. 
Setiap 1 m bisa memuat 2.000 ‐ 3.000 biji kopi, hal ini sangat tergantung pada besar kecilnya biji 
dan jenisnya. Biji yang ditaburkan bisa dengan kulit biji tanduk atau tanpa kulit tanduk. Tetapi 
lebih baik biji kopi tersebut dilepas kulit tanduknya, sehingga mereka akan lebih cepat tumbuh 
dan tidak menjadi sarang penyakit. 
Setelah  selesai  pembenaman,  biji‐biji  kopi  tersebut  diberi  pasir  lagi,  tipis‐tipis  saja.  Tempat 
perkecambahan  ini  harus  dijaga  supaya  tetap  lembab.  Untuk  menjaga  kelembaban  biji‐biji 
tersebut,  di  atas  bedengan  yang  tertutup  pasir  tadi  diusahakan  ditutup  dengan  lalang  atau 
jerami yang dipotong‐potong antara 0,5 ‐ 1 cm, kemudian diadakan penyiraman dua atau tiga 
kali  sehari.  Setelah  berumur  4  ‐  8  minggu,  biji  kopi  tersebut  akan  berkecambah,  kemudian 
dapat dipindahkan ke persemaian atau tempat dederan. 
Proses  perkecambahan  ini  sangat  dipengaruhi  oleh  keadaan  iklim.  Di  dataran  rendah  yang 
beriklim panas dengan suhu 820, perkecambahan itu makan waktu 3 ‐ 4 minggu. Sedangkan di 
dataran tinggi yang beriklim dingin perkecambahan makan waktu 6 ‐ 8 minggu. 
Selama  proses  perkecambahan,  cotyledon‐cotyledon  dan  embrio  kecil  pada  biji  kopi 
membengkak  dengan  menghisap  endosperma,  kemudian  akar  kecil  (radicula)  dan  hypocotyl 
tumbuh. Akhirnya hypocotyl muncul dari tanah dengan bentuk membungkuk dan berdiri tegak 
dengan  mengangkat  cotyledon‐cotyledon  yang  masih  tertutup  oleh  endosperma  dan  kulir  ari 
serta endosperma. Pertumbuhan pada tingkat demikian sering disebut "soldatje" atau serdadu.  
Dalam  pertumbuhan  soldatje  itu  untuk  sementara  berhenti  tumbuh  lebih  kurang  1  bulan. 
Kemudian  mulai  tumbuh  lagi,  yakni  cotyledon  membesar  sehingga  endosperma  dan  kulit  ari 
sobek kemudian endoscarp lepas. Selanjutnya cotyledon terangkat seolah‐olah masih melekat, 
kemudian terpisah, tumbuh sepasang keping daun yang disebut "kepel". 


Semai  dalam  tingkat  ini  sudah  berumur  2  ‐  3  bulan,  selanjutnya  dapat  dipindahkan  ke 
persemaiaan. 

b. Dederan bibit kopi 
Kecambah kopi yang dipindahkan dapat berupa serdadu (soldatje) atau kepel (kecambah yang 
kepingnya sudah membuka). Kecambah kopi yang dipindahkan kepersemaian harus dilakukan 
dengan  sangat  hati‐hati,  supaya  akar  tidak  rusak.  Pemindahan  ini  tidak  boleh  dicabut, 
melainkan  harus  disongkel  dengan  sebilah  bambu  atau  solet.  Sebelum  bibit  dipindahkan 
kepersemaian  harus  diseleksi  bentuk  perakarannya  terlebih  dahulu,  karena  akar  yang 
pertumbuhannya bengkok kurang baik, tanaman menjadi kerdil. 
Tanah persemaian dicangkul sedalam 30 cm atau lebih, karena bibit akan berada dipersemaian 
agak lama, sekurang‐kurangnya 9 bulan. Agar tanah itu strukturnya baik, setelah pencangkulan 
itu  sudah  bersih  dari  batu‐batuan  dan  sisa‐sisa  kayu,  kemudian  barulah  diberi  pupuk  organik. 
Pupuk  tersebut  dapat  berupa  pupuk  kompos,  pupuk  kandang,  ataupun  pupuk  hijau  dan  lain 
sebagainya.  Selanjutnya  pada  tanah  persemaian  dibuat  bedengan‐bedengan  dengan  ukuran 
lebar  1,20  m  dan  panjang  10  m,  dan  bedengan  tersebut  dibuat  membujur  ke  arah  utara  ‐ 
selatan. 
Bilamana bedengan telah siap, semai dalam bentuk kepelan/serdadu dapat dipindahkan. Kalau 
semua ini akan ditanam sebagai zaailing yang lebih muda, jarak tanamnya bisa dibuat 15 x 30 
cm. Tetapi kalau bibit tersebut akan disambung, jarak harus diperpanjang, antara 20 x 40 cm. 
Artinya jarak tanam 20 cm dan jarak antar baris 40 cm. 
Penanaman   harus  dilakukan  dengan  hati‐hati  sekali,  dengan  maksud  supaya  akar dan  batang 
kepelan tidak rusak. Untuk keperluan tersebut tempat‐tempat yang akan ditanami harus dibuat 
lubang terlebih dahulu dengan suatu alat tertentu, misalnya bilah bambu atau tusuk. Kemudian 
barulah bagian akar dan batang ditempelkan pada salah satu sisi lubang dengan tangan kiri, dan 
tangan kanan melakukan pemadatan tanah dengan hati‐hati sekali. Jarak antara daun kepelan 
dengan tanah lebih kurang 3 cm. 
Berikan  lahan  dederan  dengan  larutan  MiG‐6PLUS  (10  ml  MiG‐6PLUS    :  1  liter  air),  semprotkan 
tipis  dan  merata  pada  permukaan  lahan  pendederan.  Larutan  tersebut  cukup  untuk  10m2
ulangi 2 minggu sekali.  
Sedangkan  untuk  bibit  kelapa  sawit  pemberian  pupuk  hayati  MiG‐6PLUS  selama  pembibitan 
dalam  polybag  adalah  :  larutkan  10  ml  MiG‐6PLUS    :  1  liter  air,  Kemudian  berikan  pada  ±  20 
polybag ulangi setiap 2 minggu sekali. 

5.1.2. Bibit Tanaman Kopi Asal Kultur Jaringan 
Bahan  yang  digunakan  adalah  potongan  daun  kopi  muda  yang  masih  berwarna  hijau 
kemerahan atau hijau segar. Daun tersebut dipotong kecil‐kecil berukuran kurang lebih 5 mm 
berbentuk segi empat atau kotak. Potongan daun tadi ditanam di dalam cawan kecil yang berisi 
campuran  bahan‐bahan  khusus  yang  telah  dibuat  dan  diperhitungkan  untuk  memenuhi 
kebutuhan makanan bagi potongan daun kopi tersebut. 
Campuran  bahan‐bahan  ini  dinamakan  “media.”  Untuk  membuat  potongan  daun  mampu 
tumbuh  dan  berkembang,  tentunya  perlu  beberapa  perlakuan  khusus  agar  dapat  berhasil 
membentuk  bibit  yang  sempurna.  Perlakuan  ini  dilakukan  di  laboratorium,  rumah  kaca,  dan 
tempat  persemaian  di  kebun.  Perlakuan  yang  diberikan  di  laboratorium  meliputi  jenis  media, 


macam  dan  kadar  zat  pengatur  tumbuh,  kondisi  penanaman  yang  paling  sesuai,  dan 
sebagainya.  
Sebelum  menjadi  tanaman,  potongan  daun  tersebut  akan  membentuk  gumpalan‐gumpalan 
yang berwarna putih‐kekuningan dan krem, berbentuk bulat atau lonjong yang disebut sebagai 
"kalus". Selanjutnya kalus ini akan tumbuh dan berkembang menjadi calon atau bakal bibit yang 
disebut  "embrio".  Dalam  beberapa  percobaan,  ada  juga  dari  potongan  daun  langsung 
membentuk  embrio.  Embrio  inilah  yang  akan  tumbuh  dan  berkembang  menjadi  bibit  yang 
ukurannya kecilkecil. 
Selanjutnya,  bibit  dipindah  ke  dalam  botol  yang  sesuai  dengan  ukuran  bibit  agar  tumbuh  dan 
berkembang lebih jauh menjadi tanaman yang lebih besar. Pada tahap ini bibit diberi beberapa 
perlakuan  seiring  dengan  pertambahan  umur.  Di  rumah  kaca,  perlakuan  yang  diberikan 
meliputi  umur  dan  kondisi  bibit,  macam  bahan  untuk  tempat  pertumbuhan  bibit,  cahaya, 
kelembapan,  suhu,  dan  sebagainya.  Adapun  perlakuan  yang  diberikan  di  tempat  persemaian, 
yang  paling  penting  adalah  tingkat  cahaya  dan  penaungan  untuk  mengatur  kelembapan. 
Apabila perlakuan terakhir ini sudah berhasil, maka bibit kopi siap ditanam secara luas di kebun. 
Berdasarkan  hasil  penelitian,  bibit  kopi  asal  kultur  jaringan  dapat  tumbuh  dan  berkembang 
normal  seperti  tanaman  kopi  dari  benih  ataupun  cangkok.  Bahkan  pertumbuhan  dan 
perkembangannya  lebih  pesat  dan  waktu  berbuahnya  lebih  cepat  dibanding  tanaman  dari 
benih maupun cangkok. 
Dibanding  tanaman  kopi  asal  benih  maupun  cangkok,  tanaman  kopi  asal  kultur  jaringan 
mempunyai  beberapa  keunggulan,  yaitu:  proses  pembuatannya  lebih  praktis,  karena  hanya 
dilakukan  dalam  ruangan  yang  relatif  kecil;  bibit  yang  dihasilkan  lebih  seragam,  baik  umur, 
tinggi  maupun  kondisi  fisik  lainnya;  proses  pembuatannya  berlangsung  cepat,  karena  tidak 
menunggu  tanaman  induk  sampai  besar/dewasa;  dapat  dihasilkan  dalam  jumlah  besar  sesuai 
pesanan dalam waktu relatif singkat.
Persiapan Lahan Budidaya Tanaman Kopi 
Pembukaan Lahan 
a. Areal Hutan Sekunder Bekas Ladang Berpindah 
Dipilih areal hutan sekunder dengan kepemilikan jelas. 
Pembongkaran pohon‐pohon, tunggul beserta perakarannya. 
Pembongkaran tanaman perdu dan pembersihan gulma. 
Pembersihan lahan, kayu‐kayu ditumpuk di satu tempat di pinggir kebun. 
Pencetakan kebun secara hektaran. 
Pembuatan jalan‐jalan, jembatan beserta saluran drainase. 
Pembuatan teras‐teras pada lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 15%. 
Mengajir dan menanam tanaman penaung sementara dan penaung tetap. 
Ajir lubang tanam, jarak tanaman kopi arabika kate (Kartika 1 & Kartika 2) 1,25 m X 2 m 
atau 1,5 m X 2 m. Jarak tanam kopi jagur (AB 3, USDA 762 dan S 795) adalah 2 m X 2,5 m 
atau m X 2,5 m. 
Pembuatan lobang tanam. Ukuran lobang tergantung tekstur tanah. Makin berat tanah 
ukuran lubang makin besar. Ukuran lubang yang lazim adalah 60 X 60 X 60 cm. Lubang 
dibuat  6  bulan  sebelum  tanam.  Untuk  tanaman  yang  kurang  subur  dan  kadar  bahan 
organiknya rendah, ditambahkan pupuk hijau dan pupuk kandang. 


Tutup lubang tanam, 1 ‐ 3 bulan sebelum ditanam kopi dan dijaga agar batu‐batu, cadas 
dan sisa‐sisa akar tidak masuk kedalam lubang tanam. 
Selama  persiapan  lahan,  pada  areal  yang  kosong  dapat  ditanami  beberapa  jenis 
tanaman semusim, misalnya kedelai, ubi jalar, jagung, kacang‐kacangan. Jenisnya dapat 
disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar dan iklim mikro yang ada. 
Sebelum  tanam,  semprotkan  larutan  pupuk    hayati  MiG‐6PLUS  pada  titik‐titik 
penanaman. Tahap ini diperlukan 3 liter MiG‐6PLUS perhektar. 
Tanaman yang belum menghasilkan pemberian pupuk  hayati MiG‐6PLUS dengan cara 
membuat  lubang    disekitar  pangkal  batang  (jarak  20‐30  cm),  berikan  4  bulan  sekali. 
Sekali aplikasi dibutuhkan 3 liter pupuk hayati MiG‐6PLUS perhektar. 
Tanaman  yang  sudah  menghasilkan  pemberian  pupuk    hayati  MiG‐6PLUS  dengan  cara 
membuat lubang  disekitar pangkal batang (jarak 30 ‐ 50 cm), berikan 3 bulan sekali. 
Sekali aplikasi dibutuhkan 3 liter pupuk hayati MiG‐6PLUS perhektar. 
b. Areal Kebun Aneka Tanaman 
    • Pemberian tanda tanaman‐tanaman yang dipilih sebagai penaung kopi. Dipilih jenis yang 
       bernilai  ekonomis,  tajuknya  mudah  diatur  (tahan  pangkas)  dan  lebih  baik  meneruskan 
       cahaya diffuse. Jarak antar tanaman Ã‚± 10 m X 10 m tergantung pada besarnya ukuran 
       tajuk (habitus) tanaman. 
    • Memotong perdu dan semua tanaman yang tidak dipilih. 
    • Kayu diusahakan untuk di tumpuk di pinggir kebun. 
    • Membersihkan gulma secara manual atau kimiawi. 
    • Ajir  lubang  tanam  kopi,  pembuatan  lubang,  isi  lubang  dan  tutup  lubang  sama  seperti 
       diuraikan diatas. 
c. Areal Semak Belukar  
    • Pada prinsipnya sama dengan persiapan lahan dari hutan sekunder. 
    • Sisa‐sisa semak dapat ditumpuk dalam barisan‐barisan di dalam kebun (model lorong = 
        alley system). Lebar lorong yang bersih dari tumpukan semak 1 m dan jarak antar lorong 
        4‐5 m.  
    • Ajir penaung di dalam lorong, jarak antar ajir 2‐2,5 m. 
    • Tanam pohon penaung. 
    • Ajir  lubang  tanam  kopi  di  dalam  lorong,  jarak  1,25  m  untuk  kopi  kate,  dan  2  m  untuk 
        kopi jagur. 
    • Pembuatan lubang tanam ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Lubang dibuat 6 (enam) bulan 
        sebelum tanam. 
    • Lubang diisi pupuk hijau dari hasil tebasan gulma. 
    • Tutup lubang tanam, 1‐3 bulan sebelum tanam bibit kopi.  
    • Selama  persiapan  lahan  tersebut  di  dalam  lorong  dapat  diusahakan  beberapa  jenis 
        tanaman  semusim,  jenisnya  disesuaikan  dengan  kebutuhan  petani,  peluang  pasar  dan 
        iklim mikro yang ada. 
d. Pengendalian Alang‐alang (Imperata cylindrica)  


Menurut  Balit  Karet  Sembawa  (1996),  pengendalian  alang‐alang  dapat  dilakukan  secara 
perebahan, mekanisme, kultur teknis, kimiawi dan terpadu.  
1)
Perebahan : 
  a. Daun dan batang alang‐alang yang telah direbahkan akan kering dan mati tanpa 
     merangsang  pertumbuhan  tunas  dan  rimpang  serta  dapat  berfungsi  sebagai 
     mulsa. 
  b. Perebahan dapat menggunakan papan, potongan kayu atau drum.  
  c. Setelah  alang‐alang  terkendali,  lahan  siap  untuk  usaha  tani  kopi  dengan  tahap‐
     tahap seperti yang telah diuraikan di atas.  
 Cara Mekanis : 
  a. Dilakukan dengan pengolahan tanah. 
  b. Penebasan  dapat  mengurangi  persaingan  alang‐alang  dengan  tanaman  pokok 
     tetapi  hanya  bersifat  sementara  dan  harus  sering  diulangi  minimum  sebulan 
     sekali. 
  c. Setelah alang‐alang terkendali, lahan siap untuk usaha tani kopi dengan tahapan 
     seperti yang telah diuraikan di atas. 
 Cara Kultur Teknis : 
  a. Penggunaan  tanaman  penutup  tanah  leguminosa  (PTL).  Jenis‐jenis  PTL  yang 
     sesuai  meliputi  Centrosema  pubescens,  Pueraria  javanica,  P.  triloba,  C. 
     mucunoides, Mucuna spp. dan Stylosanthes guyanensis. 
  b. Semprot  alang‐alang  dengan  herbisida  dengan  model  lorong,  lebar  lorong  2  m, 
     jarak antar lorong 4 m. 
  c. Apabila  alang‐alang  sudah  kering,  buat  dua  jalur  tanam  sedalam  5  cm,  jarak 
     antar alur 70 cm. 
  d. Gunakan  PTL  sesuai  rekomendasj  untuk  daerah  setempat,  kebutuhan  benih  2 
     kg/ha. 
  e. Benih dicampur pupuk SP‐36 sebanyak 24 kg/ha kemudian ditaburkan di dalam 
     alur. 
  f. Tutup alur dengan tanah setebal 1 cm. 
  g. Alang‐alang akan mati setelah tertutup oleh tajuk PTL. 
  h. Metode ini lebih tepat untuk areal yang sudah ada tanaman pokoknya.  
2)
3)
e.  Pengendalian Secara Terpadu (Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Herbisida)  
Semprot alang‐alang yang sedang tumbuh aktif dengan herbisida sistemik. 
Rebahkan alang‐alang yang sudah mati dan kering. 
Tanam tanaman semusim dengan cara tugal sebagai pre‐cropping. 
Bersamaan dengan itu lahan siap ditanami tanaman penaung dan tanaman kopi dengan 
tahap‐tahap seperti telah diuraikan. 
Penanaman Penaung Tanaman Kopi 
Ditanami minimal satu tahun sebelum penanaman tanaman kopi. 
Syarat‐syarat Pohon Penaung 


Memiliki perakaran yang dalam. 
Memiliki percabangan yang mudah diatur. 
Ukuran daun relatif kecil tidak mudah rontok dan memberikan cahaya diffus. 
Termasuk leguminosa dan berumur panjang dan berumur panjang. 
Menghasilkan banyak bahan organik. 
Tidak menjadi inang hama‐penyakit kopi.  
a. Penaung Sementara Tanaman Kopi 
Jenis tanaman penaung sementara yang banyak dipakai adalah Moghania macrophylla 
(Flemingia congesta), Crotalaria spp, Tephrosia spp. 
Moghania cocok untuk tinggi tempat 700 m dpl ke bawah. 
Untuk daerah 1.000 m dpl ke atas sebaiknya dipakai Tephrosia atau Crotalaria. 
Untuk komplek‐komplek nematoda dipakai Crotalaria. 
Naungan sementara ditanam dalam barisan dengan selang jarak 2‐4 m atau mengikuti 
kontur.  
b. Penaung Tetap Tanaman Kopi 
    • Pohon penaung tetap yang banyak dipakai di Indonesia adalah lamtoro (Leucaena spp), 
       sengon (Albizia sp), dadap (Erythrina sp), Gliricidia dan cemara (Casuarina). 
    • Lamtoro  tidak  berbiji  dapat  diperbanyak  dengan  cangkokan  atau  okulasi,  ditanam 
       dengan jarak 2 m x 2,5 m, setelah besar secara berangsur‐angsur dijarangkan menjadi 4 
       m x 5 m. 
    • Sengon  digunakan  pada  daerah  kering  dan  tinggi  (1.000‐1.500  m  dpl),  seperti  banyak 
       dijumpai  di  Timor‐Timur.  Ditanam  dengan  jarak  2  m  x  2,5  m  kemudian  setelah  besar 
       secara berangsur‐angsur dijarangkan menjadi 10 m x 10 m. 
    • Cemara  banyak  digunakan  di  Irian  Jaya  dan  Timor‐Timur  untuk  daerah  tinggi  di  atas 
       1.500 m dpl.  
Tumpangsari (Intercropping)  
Digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan, mengurangi resiko usaha tani, serta 
menjamin kelangsungan pendapatan. 
Dilakukan  dengan  pengusahaan  tanaman  semusim,  (khususnya  untuk  lahan‐lahan 
datar/landai), dan penggunaan tanaman penaung produktif.  
Jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan petani, peluang pasar, nilai ekonomi dan iklim 
mikro yang ada. 
     
a. Tumpangsari Tanaman Semusim Dengan Kopi  
   • Diusahakan  selama  masa  persiapan  lahan  dan  selama  tanaman  kopi  belum 
      menghasilkan  (tajuk  kopi  belum  saling  menutup)  atau  selama  iklim  mikro  masih 
      memungkinkan.  


Untuk  pengusahaan  yang  bersifat  lebih  permanen  pada  lahan  datar  dapat  dilakukan 
dengan  sistem  budidaya  lorong  (alley  cropping).  Pada  tiap  3‐5  barisan  kopi  disediakan 
lorong dengan Iebar 8 m untuk tanaman tumpangsari.  
Tanaman semusim yang banyak diusahakan antara lain adalah jenis hortikultura (kubis, 
kentang,  wortel,  tomat,  dan  cabe),  Palawija  (jagung),  kacang‐kacangan  dan  umbi‐
umbian. 
Tanaman  jagung  yang  mempunyai  pertumbuhan  tinggi  dapat  juga  berfungsi  sebagai 
penaung sementara yang efektif. 
Limbah tanaman semusim dimanfaatkan untuk pupuk hijau atau mulsa tanaman kopi.  

b. Pohon Penaung Produktif  
   • Dipilih  yang  memiliki  kanopi  tidak  terlalu  rimbun,  daun  berukuran  kecil  atau  sempit 
     memanjang agar dapat memberikan cahaya diffus dengan baik.  
   • Bukan inang hama penyakit utama kopi. 
   • Tidak menimbulkan pengaruh allelopati.  
   • Pohon  penaung  produktif  ditanam  dengan  jarak  ±  10  m  x  10  m  tergantung  ukuran 
     besarnya tajuk tanaman.  
   • Pohon  produktif  yang  banyak  dipakai  untuk  kopi  antara  lain  Macadamia  dan  jeruk 
     keprok. Untuk kopi robusta antara lain petai, jengkol dan kelapa.  
   • Jeruk keprok  ditanam  dengan  jarak  6  m x  8  m atau  8  m  x 8  m.  Macadamia,  petai dan 
     jengkol ditanam dengan jarak 5 m x 5 m, kemudian secara berangsur‐angsur dijarangkan 
     menjadi 10 m x 10 m. 



Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kopi 
Hama 
Nematoda Parasit 
Pratylenchus  coffeae  dan  Radopholus  similis  merupakan  nematoda  endoparasit  yang 
berpindah‐pindah. Daur hidup P.coffeae sekitar 45 hari dan R.similis sekitar 1 bulan. 
Gejala:  Tanaman  kopi  yang  terserang  kelihatan  kerdil,  daun  menguning  dan  gugur. 
Pertumbuhan  cabang‐cabang  primer  terhambat  sehingga  hanya  menghasilkan  sedikit 
bunga, bunga premature dan banyak yang kosong. Bagian akar akar serabut membusuk, 
berwarna coklat atau hitam. Pada serangan berat tanaman akhirnya mati. 
Pengendalian  di  pembibitan:  Disarankan  menggunakan  cara  kimiawi  yaitu  dengan 
fumigasi media bibit menggunakan fumigan pra tanam, misalnya Basamid G dan Vapam 
L. Untuk nematisida sistemik dan kontak a.l.: Curaterr 3G, Vydate 100 AS, Rhocap 10G 
dan  Rugby  10G.Vydate  diaplikasikan  dengan  cara  disiramkan  pada  bibit  dengan 
konsentrasi 1,0% dan dengan dosis 250 ml/bibit. 
Pengendalian  di  pertanaman:  Penggunaan  jenis  kopi  tahan  nematoda  parasit. 
Digunakan  sebagai  batang  bawah  misalnya  kopi  ekselsa  (Coffeae  exelsa),  klon  Bgn 


121.09  dan  kopi  robusta  klon  BP  961.  Cara  kultur  teknis:  pembukaan  lubang  tanam, 
rotasi tanaman dan pembuatan parit barier. 
Pengendalian  hayati:  Untuk  menekan  populasi  nematoda  menggunakan  musuh  alami 
berupa bakteri, jamur dan nematoda predator. 
Pengendalian  kimiawi:  Beberapa  nematisida  sistemik  maupun  kontak  yang  disarankan 
a.l. karbofuran (Curaterr 3G–35  g /  tanaman), oksamil (Vydate 100 AS  1,0% 1 –  2.5 l / 
tanaman) dan etoprofos (Rhocap 10G ‐ 25 g / tanaman). Aplikasi diulang tiap tiga bulan. 
      Hama Penggerek Buah Kopi 
      Serangga  dewasa  penggerek  buah  kopi  atau  bubuk  buah  kopi  (BBK),  Hypothenemus 
      hampei (Coleoptera, Scolytidae) berwarna hitam kecoklatan, panjang yang betina sekitar 
      2  mm  dan  yang  jantan  1,3  mm.  Telur  diletakkan  dalam  buah  kopi  yang  bijinya  mulai 
      mengeras,  umur  stadium  telur  5  –  9  hari.  Lama  stadium  larva  10  –  26  hari,  prapupa  2 
      hari dan stadium pupa 4 – 9 hari. Masa perkembangan dari telur sampai dewasa 25 – 35 
      hari. Lama hidup serangga betina rata‐rata 156 hari dan serangga jantan maksimum 103 
      hari. 
      Gejala: Serangga BBK masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat lubang di sekitar 
      diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah, serangan pada buah yang 
      cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang‐lubang dan bermutu rendah. 
      Pengendalian:  
      Pengendalian secara kultur teknis: Memutus daur hidup BBK, meliputi tindakan : Petik 
      bubuk,  yaitu  mengawali  panen  dengan  memetik  semua  buak  masak  yang  terserang 
      bubuk 15 –30 hari menjelang panen besar. 
      Lelesan, yaitu pemungutan buah kopi yang jatuh di tanah baik terhadap buah terserang 
      maupun buah tidak terserang, selanjutnya buah juga direndam dalam air panas. Racutan 
      / rampasan, yaitu memetik seluruh buah yang ada di pohon pada akhir panen. Semua 
      buah  hasil  petik  bubuk,  lelesan  dan  racutan  direndam  air  panas  5  menit.  Pengaturan 
      naungan  untuk  menghindari  kondisi  pertanaman  terlalu  gelap  yang  sesuai  bagi 
      perkembangan BBK. 
      Pengendalian secara biologi: Menggunakan parasitoid Cephalonomia stephanoderis dan 
      jamur patogen (Beauveria bassiana). Aplikasi B.bassiana dianjurkan dengan dosis 2,5 kg 
      biakan  padat  per  hektar  selama  tiga  kali  aplikasi  per  musim  panen.  Penggunaan 
      tanaman yang masak serentak :   Varietas USDA 230731 dan USDA 230762. 

Penyakit Tanaman Kopi 
   • Penyakit Karat Daun pada Tanaman Kopi 
      Penyakit  karat  daun  yang  disebabkan  oleh  patogen  Hemileia  vastatrix  B.  et.  Br. 
      merupakan penyakit utama pada tanaman kopi arabika. 
      Tanaman  sakit  ditandai  oleh  adanya  bercak‐bercak  berwarna  kuning  muda  pada  sisi 
      bawah daunnya, kemudian berubah menjadi kuning tua. Di bagian ini terbentuk tepung 
      berwarna jingga cerah (oranye) dan tepung dan ini adalah uredospora jamur H. vastatrix 
      Bercak yang sudah tua berwarna coklat tua sampai hitam, dan kering. Daun‐daun yang 
      terserang parah kemudian gugur dan tanaman menjadi gundul. Tanaman yang demikian 
      menjadi  kehabisan  cadangan  pati  dalam  akar‐akar  dan  rantingrantingnya,  akhirnya 
      tanaman mati. 


Dalam  pembiakan  dan  penyebarannya,  H  vastatrix  menggunakan  uredospora  yang 
mula‐mula  berbentuk  bulat,  kemudian  berubah  menjadi  memanjang  dan  bentuknya 
mirip  dengan  juring  buah  jeruk.  Uredospora  yang  telah  masak 
berwarna  jingga,  pada  sisi  luarnya  dibagian  yang  cembung  mempunyai  duri‐duri. 
Penyebaran oredospora dari pohon ke pohon terjadi karena benturan bantuan percikan 
air menyebabkan uredospora sampai pada sisi bawah daun. Infeksi jamur terjadi lewat 
mulut‐mulut  daun  yang  terdapat  pada  sisis  bawah  daun.  Dalam  proses  infeksinya 
uredospora mula‐mula membentuk buluh kecambah, kemudian membentuk apresorium 
di depan mulut kulit, selanjutnya jamur mengadakan penetrasi kedalam jaringan jamur. 
Disamping bantuan air, beberapa agensia lain yang berpotensi membantu menyebarkan 
uredosspora adalah angin, spesies trips tertentu, burung dan manusia. 
Pada  kopi  robusta,  penyakit  ini  tidak  menjadi  masalah,  sedangkan  pada  kopi  arabika 
penyakit  ini  menjadi  masalah  utama.  Cara  pengendalian  penyakit  sementara  ini 
dilakukan dengan dua cara, yaitu menanam jenis‐jenis  kopi arabika yang tahan sepertio 
S 333, S 288 dan S 795, dan pengendalian dengan Fungisida Dithane M‐45 dengan dosis 
2 gr/liter air. 
Penyakit Bercak Daun Cercospora 
Penyebab  penyakit  ini  adalah  jamur  Cercospora  coffeicola  B.et  Cke.  C.coffeicola 
mempunyai konidium berbentuk gada, ukurannya ada yang pendek dan ada juga yang 
panjang. Konidia dibentuk pad permukaan bercak, berbentuk seperti tepung berwarna 
abu‐abu. 
Gejala: 
Serangan  dapat  terjadi  pada  daun  maupun  pada  buah.  Pada  daun  yang  sakit  timbul 
bercak, mula‐mula berwarna kuning tapi bercak dikelilingi halo berwarna kuning. Pada 
buah  yang  terserang  timbul  bercak  berwarna  coklat,  biasanya  pada  sisi  yang  lebih 
banyak  menerima  cahaya  matahari.  Pembusukan  pada  bagian  yang  berbecak  dapat 
sampai ke biji sehingga dapat menurunkan kualitas. 
Pengendalian: 
Secara kultur teknis, dengan memberi naungan yang cukup, pemupukan berimbang dan 
pengurangan kelembaban kebun melalui pemangkasan dan pengendalian gulma. Secara 
kimiawi,  melalui  penyemprotan  dengan  Bavistin  50  WP  0,2%,  Cupravit  OB  21  0,35%, 
Dithane M 45 80 WP 0,2%, Delsene MX 200 0,2% formulasi. 
Penyakit Jamur Upas 
Penyakit  jamur  upas  disebabkan  oleh  jamur  Corticium  salmonicolor  B.et  Br. 
C.salmonicolor  mempunyai  basidium  yang  tersusun  parallel  pada  stadium  kortisium. 
Basidium berbentuk gada pada ujungnya terbentuk empat sterigmata yang mendukung 
basidiospora. 
Gejala: 
Cabang atau ranting yang terserang layu mendadak. Serangan dapat terjadi pada cabang 
yang  di  bawah,  tengah  maupun  di  ujung  pohon,  bahkan  dapat  terjadi  pada  batang. 
Stadium  sarang  laba‐laba,  berupa  lapisan  hifa  tipis,  berbentuk  seperti  jala  berwarna 
putih perak. Stadium bongkol berupa gambaran hifa berwarna putih biasanya dibentuk 


        pada  lentisel  atau  pada celah‐celah.  Stadium  kortisium  berupa  lapisan  kerak  berwarna 
        merah jambu, terdiri atas lapisan himenium, biasanya dibentuk pad sisi bawah cabang 
        atau sisi cabang yang agak ternaung. Stadium nekator berupa bintil‐bintil kecil berwarna 
        orange kemerahan merupakan sporodokhia jamur upas. Stadium nekator terdapat pad 
        cabang yang tidak terlindung. 
        Pengendalian: 
        Batang atau cabang sakit yang ukurannya masih kecil (diameter < 1 cm) dipotong 10 cm 
        di  bawah  pangkal  di  bagian  yang  sakit.  Potongan‐potongan  batang  dan  cabang  yang 
        sakit  dikumpulkan  kemudian  dibakar.  Batang  atau  cabang  sakit  yang  ukurannya  sudah 
        cukup  besar,  apabila  serangannya  masih  awal,  bagian  yang  sakit  cukup  diolesi  dengan 
        fungisida  Calixin  RM  atau  Copper  Sandoz  0,4%  formulasi.  Apabila  serangannya  sudah 
        lanjut, batang atau cabang yang sakit dipotong, sisa cabang atau batang yang dipotong 
        dan  cabang‐cabang  di  sekitarnya  diolesi  dengan  fungisida  Calixin  RM  atau  Copper 
        Sandoz. 
Panen Kopi 
Pemanenan buah kopi dilakukan secara manual dengan cara memetik buah yang telah masak. 
Ukuran kematangan buah ditandai oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau 
tua  ketika  masih  muda,  berwarna  kuning  ketika  setengah  masak  dan  berwarna  merah  saat 
masak penuh dan menjadi kehitam‐hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe). 
Kematangan buah kopi juga dapat dilihat dari kekerasan dan komponen senyawa gula di dalam 
daging  buah.  Buah  kopi  yang  masak  mempunyai  daging  buah  lunak  dan  berlendir  serta 
mengandung senyawa gula yang relatif tinggi sehingga rasanya manis. Sebaliknya daging buah 
muda sedikit keras, tidak berlendir dan rasanya tidak manis karena senyawa gula masih belum 
terbentuk  maksimal.  Sedangkan  kandungan  lendir  pada  buah  yang  terlalu  masak  cenderung 
berkurang karena sebagian senyawa gula dan pektin sudah terurai secara alami akibat proses 
respirasi. 
Tanaman  kopi  tidak  berbunga  serentak  dalam  setahun,  karena  itu  ada  beberapa  cara 
pemetikan: 
1.
2.
3.
4.
Pemetikan selektif dilakukan terhadap buah masak. 
Pemetikan setengah selektif dilakukan terhadap dompolan buah masak. 
Secara lelesan dilakukan terhadap buah kopi yang gugur karena terlambat pemetikan. 
Secara racutan/rampasan merupakan pemetikan terhadap semua buah kopi yang masih 
hijau, biasanya pada pemanenan akhir. 

READ MORE » Budidaya kopi